Rabu, 25 Juni 2008

DAMPAK PERCERAIAN TERHADAP ANAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perceraian merupakan suatu fenomena yang terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhinya. Dalam beberapa tahun terakhir ini fenomena perceraian menunjukkan peningkatan yang signifikan. Ini terlihat dari banyak kasus yang terjadi di dekat lingkungan tempat tinggal peneliti.

Terlepas dari itu semua, salah satu konsekuensi yang harus dihadapi oleh mereka yang mengalami perceraian adalah masalah anak yang kemudian menjadi tanggungan salah satu pihak, secara hukum memang untuk anak di bawah usia 12 tahun, hak asuh berada di pihak ibu, meskipun tidak menutup kemungkinan pihak ayah juga bisa mengajukan untuk mendapatkan hak asuh anak.

Tetapi banyak kasus yang terjadi pasca perceraian adalah hak asuh berada di pihak ibu, maka pihak ayah seperti lepas tanggung jawab baik kepada mantan istri maupun kepada anak. Mengingat dalam peraturan bahwa anak haruslah menjadi tanggung jawab kedua belah pihak. Masalah finansial adalah hal yang sering dijadikan indikator bentuk tanggung jawab yang dimaksudkan, selain intensitas anak untuk bertemu dengan orang tuanya.

Berhasil atau tidaknya seorang anak dalam beradaptasi terhadap perubahan hidupnya ditentukan oleh daya tahan dalam dirinya sendiri, pandangannya terhadap perceraian, cara orangtua menghadapi perceraian, pola asuh dari si orangtua tunggal dan terjalinnya hubungan baik dengan kedua orangtuanya. Pola asuh orang sangat berpengaruh terhadap anak yang diasuh oleh orang tua tunggal. Dan pola asuh yang sering diterapkan oleh orang tua tunggal kepada anaknya adalah pola asuh authoritarian. Bagi orangtua yang bercerai, mungkin sulit untuk melakukan intervensi pada daya tahan anak karena hal tersebut tergantung pada pribadi masing-masing anak, tetapi sebagai orangtua mereka dapat membantu anak untuk membuatnya memiliki pandangan yang tidak buruk tentang perceraian yang terjadi dan tetap punya hubungan baik dengan kedua orangtuanya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Pada penelitian ini, masalah yang akan diteliti perlu untuk dibatasi agar tidak melebar. Adapun masalah yang dibatasi pada penelitian ini yaitu pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh otang tua tunggal (single parent) akibat perceraian.

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua tunggal (single parent) akibat perceraian dapat efektif ?

2. Bagaimana gambaran pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua yang menjadi orang tua tunggal (single parent) akibat perceraian?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti mempunyai suatu tujuan , demikian juga dengan penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Gambaran pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua yang menjadi orang tua tunggal akibat dari perceraian.

2. Apakah pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua tunggal akibat perceraian dapat bersifat efektif.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memperoleh gambaran pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua yang menjadi orang tua tunggal.

2. Untuk menambah dan mengembangkan keilmuan.

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, terlebih dahulu peneliti mencari informasi yang terkait dengan penelitian gambaran pola asuh authoritarian yang diterapkan oleh orang tua single parent akibat perceraian, untuk kemudian dijadikan bahan pertimbangan, yaitu pada peneliti yang bernama hubungan antara poladisimpulkan bahwa pola asuh otoriter memiliki hubungan positif signifikan dengan munculnya perilaku agresif pada anak-anak pra sekolah, hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Diana Baumrind (Stewart dan Koch, 1983:203-209) bahwa keluarga yang suka melakukan hukuman fisik menyebabkan anak mempunyai sifat pemarahdan pemarah sementara ditekan karena norma social (barier), namun suatu saat akan meluap dengan perilaku yang agresif.

Menurut Stewart dan Koch (1983:203), karakteristik dari pola asuh otoriter itu sendiri bersifat kaku, suka menghukum, orang tua memaksa anak-anaknya untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta mencoba membentuk tingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung mengekang keinginan anakdan hak anak dibatasi.

Sedangkan untuk mencari informasi yang terkait dengan masalah perceraian, pertimbangan bahwa dalam perceraian orang tua memiliki pengaruh terhadap penyesuaian diri subjek, sebagai mana yang telah dikatakan oleh Elizabeth B. Harlock “mereka belajar menyesuaikan diri dan belajar berpikir tentang diri berdasarkan landasan yang diletakkan dirumah”.

Pola asuh authoritarian diterapkan oleh orang tua yang menjadi single parent (orang tua tunggal) akibat perceraian. Orang tua yang menjadi single parent menerapkan pola asuh yang otoriter karena dalam hal mengasuh dan mendidik, orang tua tunggal harus berperan ganda, dan agar anak menjadi patuh dan mengerti akan keadaan orang tuannya, maka pola asuh otoriter yang diterapkan.

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pendekatan kualitatif, metode yang umumnya digunakan untuk mengumpulkan data adalah observasi, wawancara dan peninjauan berbagai dokumen yang relevan dengan subjek. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah wawancara dan metode observasi sebagai pendukung.

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau in-depth interview. Kerlinger (1993) menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara namun penggunaannya tidak seketat wawancara terstruktur. Pedoman wawancara yang berisi open-ended question bertujuan untuk menjaga arah wawancara agar tetap sesuai dengan tujuan penelitian.

Selain memuat daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada subjek, pedoman wawancara yang dilengkapi dengan lembar observasi yang nantinya akan digunakan untuk mencatat setiap keadaan yang khusus pada subjek, terutama pada saat pengumpulan informasi.

C. Subjek Penelitian

Karakteristik sampel yang dilibatkan dalm penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Subjek adalah wanita yang sudah menikah dan sudah memiliki anak, dan sudah bercerai dan menjadi orang tua tunggal yang berusia antara 24-40 tahun. Dipilihnya karakteristik ini dikarenakan pada rentang usia tersebut terdapat beberapa wanita yang menjadi orang tua tunggal akibat perceraian.

Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling. Dengan penggunaan kriteria tersebut maka tidak semua anggota populasi diikut sertakan, artinya tidak semua orang tua single parent yang berusia 24-40 tahun mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Adapun teknik khusus yang digunakan dalam penarikan sampel penelitian adalah teknik purposive sampling, dimana teknik pengambilan disesuaikan dengan tujuan dan kebutuhan penelitian asalkan subjek tersebut memenuhi karakteristik sampel yang telah ditentukan.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara yang berlaku sebagai pegangan peneliti dalam wawancara agar tidak menyimpang dari tujaun penelitian, mengingatkan peneliti akan aspek-aspek yang perlu digali dari subjek, serta memudahkan kategorisasi berdasarkan konsep teoritis yang telah dibangun pada BAB II.

Alat pengumpulan data menggunakan tape recorder atau handphone untuk merekam dan buku catatan. Catatan wawancra berisi identitas pribadi subjek serta ringkasan wawancara. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam perkataan subjek dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam, terlewati ataupun yang tidak jelas.

E. Prosedur Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan persiapan yaitu melakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai salah seorang responden yang sesuai dengan karakteristik sampel untuk mengetahui permasalahan-permasalahan apa saja yang kerap terjadi pada responden serta kendala-kendala apa saja yang mungkin dihadapi oleh peneliti. Selanjutnya, menyiapkan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara, lembar observasi, tape recorder, dan buku catatan. Selain itu peneliti mencoba membangun rapport dengan subjek penelitian agar subjek penelitian merasa nyaman dan bersikap terbuka.


DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Indriyani, Natris. 2001. Perbedaan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Remaja Ditinjau dari Pola Asuh Orang tua, Skripsi (Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta).

www.google.com/psikologi perkembangan.

Tidak ada komentar: